Ritual sex yang dilakukan secara massal antara pasangan-pasangan zina ini rutin dilaksanakan pada malam Jum’at pon dan malam 1 suro. Postingan ini bukan sengaja hasil ide batavusqu namun permintaan dari salah seorang yang istimewa bagi batavusqu,karena segala tulisannya begitu elegan dan penuh insfiratif. Nah jika sahabat dan pembaca penasaran ikutilah lanjutannya yuk….
Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah.
Kawasan itu dikenal bukan karena keindahan alamnya. Ratusan bahkan
ribuan dari berbagai kota datang ke sana hanya untuk berziarah dan ritual pesugihan.
Pelaksanaan ritual sebenarnya bisa dilaksanakan setiap hari. Namun,
terdapat hari-hari tertentu yang dipercaya membawa berkah tersendiri.
Misalnya, saat malam Jumat Pon dan malam Satu Suro.
‘
Lokasi utama yang dituju para peziarah
adalah makam Pangeran Samudro dan para pengawalnya. Konon, Pangeran
Samudro adalah seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit. Tapi ada pula
yang menyebut dia dari zaman Pajang. Dia jatuh cinta kepada ibu tirinya,
Dewi Ontrowulan. Ayahnya yang mengetahui hubungan anak-ibu itu menjadi
murka. Pangeran Samudro lantas diusir. Dalam kenastapaannya, dia mencoba
melupakan kesedihannya dengan melanglang buana. Akhirnya ia sampai ke Gunung Kemukus.
‘
Tak lama kemudian, sang ibu menyusul
anaknya ke Gunung Kemukus untuk melepaskan kerinduan. Namun na’as,
sebelum sempat berhubungan badan, penduduk sekitar memergokinya.
Keduanya dirajam beramai-ramai hingga akhirnya tewas. Keduanya kemudian
dikuburkan dalam satu liang lahat di gunung itu. Tapi menurut cerita,
sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir Pangeran Samudro sempat
meninggalkan sebuah pesan. Ia berujar,“siapa saja yang dapat melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul semua permintaannya”.
‘
Ada pula yang meyakini kuburan itu
adalah milik Syeikh Siti Djenar. Dia dihukum para wali karena dianggap
menyebarkan ajaran sesat. “Dia dieksekusi di situ,” kata KRHT Kresno
Handayaningrat, tokoh budaya setempat.
‘
Memang, tak ada catatan sejarah mengenai
sosok Pangeran Samudro. Namun, mitos telah telanjur berkembang. Orang
yang mengunjungi makam Sang Pangeran dipercaya memperoleh berkah, berupa
jabatan dan harta kekayaan.
‘
Tentu saja menjalankan ritual pesugihan
di tempat itu adalah hak masing-masing peziarah. Sayangnya, ritual itu
kemudian berkembang dengan bumbu seks bebas yang dilakoni sebagian
peziarah. Lagi-lagi kegiatan menyimpang tersebut dipengaruhi mitos.
Pangeran Samudro juga berbuat yang sama dengan ibu tirinya di sana.
‘
Bila nanti malam adalah malam Jumat Pon.
Para peziarah mulai bersiap untuk melakukan ritual pesugihan di Makam
Pangeran Samudro. Sebelum memasuki arel makam, para peziarah harus
mengunjungi Sendang Ontrowulan dan Sendang Taruno. Di sana, mereka
membersihkan diri, seperti yang dilakukan Dewi Ontrowulan ketika akan
menemui Pangeran Samudro.
‘
Jika pembersihan diri telah
dilaksanakan, para penziarah menemui kuncen Sendang. Mereka meminta
restu dan mengutarakan permintaan sebelum mendatangi makam. Saat itu,
sebagian peziarah membawa pasangan di luar nikah. Kelak, beberapa
pasangan dadakan tersebut akan berhubungan seks yang dipercaya sebagai
prasyarat ritual.
‘
Lain lagi menurut Hasto Pratomo, juru
kunci atau kuncen senior makam. “Tidak ada syarat tertentu hanya bawa
bunga. Dengan panduan juru kunci kita berdoa. Tawassul atau tahlil
supaya dapat barokah,” kata dia.
‘
Kini, tiba saatnya bagi para peziarah
untuk melaksanakan ritual di makam Pangeran Samudro. Tidak ada panduan
resmi, bagaimana ritual harus dilakukan. Yang jelas, para peziarah harus
menyampaikan maksud kedatangan dan mengutarakan permintaan yang
diinginkan. Tentu saja, tidak semua peziarah melakukan seks bebas usai
melakukan ritual di makam Sang Pangeran. Namun, tak sedikit di antara
mereka melakukan hal itu.
‘
Bagi peziarah yang percaya harus melakukan seks bebas di sekitar komplek makam, tersedia kamar-kamar yang disewakan. Jika kebetulan tidak mempunyai pasangan dadakan, para penyedia jasa penyewaan kamar juga menyediakan wanita teman kencan. “Awalnya malu, tapi kalau dua kali tiga kali sudah biasa dan seperti suami isteri,” Miswan, seorang peziarah.
‘
Mitos tentang seks bebas sebagai
prasyarat pesugihan di Gunung Kemukus akhirnya menyuburkan prostitusi.
Para pekerja seks komersial menjadi teman kencan bagi para penziarah
yang tidak mempunyai pasangan. Tak ada yang melarang aktivitas seks atau
sekedar minum minuman keras dan berjudi di sana. “Meski ada plang
larangan judi, asusila, dan minum, buktinya tidak apa-apa,” kata Wuni,
seorang PSK.
‘
Masyarakat di sana juga tidak merasa
terganggu. Apalagi, mereka mendapatkan uang dari aktivitas itu.
“Pendapatan masyarakat dari sewa, jual makanan. Masalah gituan tidak ada
masalah,” ujar Dharmanto, kepala Dusun Kemukus.
‘
Prostitusi sebagai dampak mitos ritual
seks bebas di Gunung Kemukus sebenarnya telah disadari pemerintah dan
kepolisian Sragen. Namun, sejauh ini kedua instansi tak berdaya karena
keuntungan ekonomis dari kegiatan tersebut telah menjadi sumber
pendapatan warga sekitar.
‘
Meski demikian, bukan berarti aktivitas
itu dibiarkan. “Kita tidak mungkin melakukan secara frontal, harus ada
pembelajaran yang manusiawi dengan mengangkat kesejahteraan warga,”
tutur Kepala Kepolisian Sragen Ajun Komisaris Besar Polisi Charles
Ngili.(AWD/Tim Derap Hukum)
0 comments:
Post a Comment